Rabu, 24 Juni 2009

Pasangan hidup merupakan guru kita..

Dibalik figur yang sukses selalu ada ISTRI atau SUAMI yang hebat", sebuah ungkapan yang tepat adanya. Namun bila dikaji lebih dalam lagi, ungkapan tersebut akan berubah menjadi, "...dibalik figur yang sukses selalu terdapat PERNIKAHAN yang luar biasa". Pernikahan, hidup berpasangan, memang menyimpan hakikat yang sangat dalam, hingga bahkan Tuhan Semesta Alam pun sangat memuliakan lembaga ini.

Pernikahan bukanlah sebuah akhir pencarian, tapi justru merupakan awal dari proses pembelajaran. Disebut pembelajaran, karena pernikahan akan melatih suami-istri untuk saling menekan EGO pribadi. Pernikahan akan membimbing kita untuk semakin peka dalam menyelami hikmah kehidupan.

Dalam menjalani pembelajaran tersebut, pasangan hidup selain berperan sebagai partner, ia juga berperan sebagai pembimbing. Suami membimbing istri, demikian pula sebaliknya. TIDAK ADA yang lebih tinggi, equal basis. Bila pria lebih tinggi dari wanita, ataupun sebaliknya, tentunya Tuhan tidak akan menganjurkan hamba-Nya untuk saling berpasangan. Kenapa harus berpasangan kalau toh masing-masing sudah "hebat"?

Berpasangan itu berarti saling membuka diri untuk belajar satu sama lain. Dengan memposisikan diri sebagai mitra sejajar, pria sama sekali tidak berhak untuk meremehkan istri dan memandangnya hanya sebagai "media" utk melahirkan keturunan.

Sukses bukanlah sebuah tujuan, karena kesuksesan adalah kualitas dari proses pembelajaran. Jiwa manusia memang akan terus bertumbuh melalui pembelajaran sepanjang hayat, karena Sang Maha Pemilik Ilmu memang menginginkan kita untuk terus belajar dan "mencapai" kualitas diri yang prima. Beliau menginginkan kita agar selalu melahirkan tindakan-tindakan yang kaya akan manfaat. Dan salah satu anugerah Beliau untuk mempermudah proses pembelajaran ini adalah PERNIKAHAN.

Setidaknya terdapat 4 pembelajaran yang akan dijumpai dalam pernikahan yaitu:

1. Belajar menerima keterbatasan
Dalam pernikahan, ada begitu banyak hal dimana kita akan begitu bergantung pada pasangan hidup. Dengan mengakui keterbatasan diri, akan menciptakan kerendahan hati untuk bersedia belajar. ada perasaan saling membutuhkan dan melengkapi.
2. Belajar mengakui kelebihan
Dengan mengakui kelebihan dari pasangan hidup, kita akan menjadi terbiasa untuk melihat kelebihan pada diri orang lain. Selalu ada nilai positif dalam segala hal, bahkan pada orang yang paling tidak kita sukai sekalipun, pasti ada kelebihan yang dapat kita tiru.
3. Belajar mencanangkan target atau harapan
Saat memutuskan untuk terikat pada pernikahan, maka pada saat itu pula pasangan suami-istri telah sepakat untuk "mengikrarkan" sebuah target bersama. Pelatihan ini akan membiasakan suami-istri untuk hidup dengan terarah dan terfokus pada suatu tujuan yang jelas. Goal setting sudah dibiasakan sejak hari pertama pernikahan, dan dalam perjalanannya, akan muncul banyak goal setting berikutnya.
4. Belajar bersyukur
Mensyukuri sebuah pencapaian, baik besar atau kecil, akan membuka pintu untuk terwujudnya pencapaian yang lebih besar lagi. Bersyukur berarti bersedia mengakui, bahwa hasil yang didapat sebanding dengan upaya yang telah dilakukan. Sang Maha Pemberi Rejeki tidak akan pernah keliru. Mengakui bahwa upaya yang dilakukan masih kurang sempurna, akan menumbuhkan keyakinan, bahwa untuk meraih hasil yang lebih besar lagi yang diperlukan adalah perbaikan diri dan upaya yang lebih baik lagi.

0 komentar: